Pengentasan Buta Aksara


Menurut data yang diperoleh dari BPS menyatakan bahwa angka buta huruf di  Jawa barat mengalami banyak kenaikan, yang semula hanya berkisar 3,38% - 4, 04%  di atas usia 10 tahun  yang terjadi tahun  2010. Meski tahun 2011 mengalami penurunan yang semula 3, 38% menjadi 3, 62%.  Namun sayangnya di tahun 2012 mengalami kenaikan yang lebih besar di bandingkan tahun sebelumnya yaitu 3, 39%. Pada tahun 2013 mengalami penurunan kembali menjadi 2, 95%. ( sumber : BPS-RI, Susenas 2012 ).    Di Indonesia tahun 2012 penduduk buta aksara mencapai 6.401.522 orang. Berusia kira-kira 15- 39 tahun. Sebagian dari mereka tinggal di daerah yang terpencil yang kebanyakan dari mereka hanya bekerja sebagai buruh tani, nelayan, dan pekerjaan yang berpenghasilan rendah. Dari keterbatasan masyarat itulah , tentu saja tidak mampu untuk mengakses jaringan dan komunikasi sesuai yang sedangan berkembang saat ini,  sehingga membuat mereka tertinggal dalam hal pengetahuan , ketrampilan dan pembangunan, serta sikap mental inovatif dan kreativitas.    Inilah permasalah yang sangatlah pelik, yang seharusnya menjadi perhatian dan sorotan bagi pemerintah, setidaknya jika tidak bisa mencegah terjadiannya tuna aksara, tapi setidaknya bisa meminimalisir adanya tuna aksara. Sehingga mereka dapat mengikuti  perkembangan yang semakin canggaih dan semakin semakin luas.     Karena pada dasarnya buta aksara merupakan permasalahan Yang cukup besar di indonesia, yang berdampak pada masyarakat itu sendiri, khususnya bagi yang mengalami buta aksara, bukan hanya berdampak pada kehidupannya tapi juga pada permasalahan ekonomi.     Dan yang harus segera diselesaikan oleh pemerintah dan bukan hanya pemerintah saja namun juga sebagai tantangan bagi penerus bangsa, khususnya para sarjana yang telah menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi. Bagaimana para sarjana bisa meminimalisir adanya buta aksara khususnya di daerah-daerah yang mini dalam berpendidikan dan pengetahuan.    Buta aksara  bisa diminimalisir dengan berbagai cara, yaitu mensosialisasikan wajib sekolah 9 tahun sehingga dengan banyaknya masyarakat yang menempuh pendidikan maka akan menjadikan perkembangan dan pertumbuhan bagai para anak-anak dan masyarakat sekitar  agar memiliki kemampuan keaksaraan yang memadai.    Kedua, menjadi suka relawan bagi orang tua dan lansia yang menderita tuna aksara untuk mempelajari mwereka membaca, menulis dan berhitung dengan pendampingan yang ekstra dan individu, dan bisa dilakuan dengan cara-cara yang menyenangkan seperti dengan bermain game, dengan bernyanyi atau dengan cara yang lainnya .     Sehingga tidak membebani mereka tapi akan memberi banyak pengetahuan yang lebih luas dan tentunya dapat mengubah pola pikir yang dulunya berpikir bahwa menempuh pendidikan tidaklah penting , maka sekarang akan berpikir bahwa menempuh pendidikan adalah sebuah kebutuhan.    Ketiga, selain mensosialisasikan wajib sekolah 9 tahun dan mengajari mereka membaca, menulis dan berhitung juga bisa dngan cara melatih kewirausahaan, selain dapat memberikan pelajaran bagi mereka. Dengan mengadakan perbaikan ekonomi keadaan ekonomi, maka mereka juga mampu untuk menempuh pendidikan yang tinggi.     Karena permasalah yang sering terjadi di dalam suatu pendidikan yang paling utama adalah biaya pendidikan. Karena penyebab adanya  putus sekolah juga dipicu karena sulitnya perekonomian.    Mungkin masih banyak lagi cara yang lainnya yang tentu saja bisa mengatasi adanya  buta aksara yang ada di indonesia. Sehingga jika permasalah ini sudah bisa teratasi, maka  kita tidak akan tertinggal dalam hal IPTEK dan tentu saja dapat menjadikan kita untuk menjadi generasi yang mewujudkan harapan bangsa.
Pengentasan Buta Aksara
(gambar diambil dari mediaindonesia.com)

Menurut data yang diperoleh dari BPS menyatakan bahwa angka buta huruf di  Jawa barat mengalami banyak kenaikan, yang semula hanya berkisar 3,38% - 4, 04%  di atas usia 10 tahun  yang terjadi tahun  2010. Meski tahun 2011 mengalami penurunan yang semula 3, 38% menjadi 3, 62%.  Namun sayangnya di tahun 2012 mengalami kenaikan yang lebih besar di bandingkan tahun sebelumnya yaitu 3, 39%. Pada tahun 2013 mengalami penurunan kembali menjadi 2, 95%. ( sumber : BPS-RI, Susenas 2012 ).

Di Indonesia tahun 2012 penduduk buta aksara mencapai 6.401.522 orang. Berusia kira-kira 15- 39 tahun. Sebagian dari mereka tinggal di daerah yang terpencil yang kebanyakan dari mereka hanya bekerja sebagai buruh tani, nelayan, dan pekerjaan yang berpenghasilan rendah. Dari keterbatasan masyarat itulah , tentu saja tidak mampu untuk mengakses jaringan dan komunikasi sesuai yang sedangan berkembang saat ini,  sehingga membuat mereka tertinggal dalam hal pengetahuan , ketrampilan dan pembangunan, serta sikap mental inovatif dan kreativitas.

Inilah permasalah yang sangatlah pelik, yang seharusnya menjadi perhatian dan sorotan bagi pemerintah, setidaknya jika tidak bisa mencegah terjadiannya tuna aksara, tapi setidaknya bisa meminimalisir adanya tuna aksara. Sehingga mereka dapat mengikuti  perkembangan yang semakin canggaih dan semakin semakin luas.

 Karena pada dasarnya buta aksara merupakan permasalahan Yang cukup besar di indonesia, yang berdampak pada masyarakat itu sendiri, khususnya bagi yang mengalami buta aksara, bukan hanya berdampak pada kehidupannya tapi juga pada permasalahan ekonomi.

Dan yang harus segera diselesaikan oleh pemerintah dan bukan hanya pemerintah saja namun juga sebagai tantangan bagi penerus bangsa, khususnya para sarjana yang telah menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi. Bagaimana para sarjana bisa meminimalisir adanya buta aksara khususnya di daerah-daerah yang mini dalam berpendidikan dan pengetahuan.

Buta aksara  bisa diminimalisir dengan berbagai cara, yaitu mensosialisasikan wajib sekolah 9 tahun sehingga dengan banyaknya masyarakat yang menempuh pendidikan maka akan menjadikan perkembangan dan pertumbuhan bagai para anak-anak dan masyarakat sekitar  agar memiliki kemampuan keaksaraan yang memadai.

Kedua, menjadi suka relawan bagi orang tua dan lansia yang menderita tuna aksara untuk mempelajari mwereka membaca, menulis dan berhitung dengan pendampingan yang ekstra dan individu, dan bisa dilakuan dengan cara-cara yang menyenangkan seperti dengan bermain game, dengan bernyanyi atau dengan cara yang lainnya .

Sehingga tidak membebani mereka tapi akan memberi banyak pengetahuan yang lebih luas dan tentunya dapat mengubah pola pikir yang dulunya berpikir bahwa menempuh pendidikan tidaklah penting , maka sekarang akan berpikir bahwa menempuh pendidikan adalah sebuah kebutuhan.

Ketiga, selain mensosialisasikan wajib sekolah 9 tahun dan mengajari mereka membaca, menulis dan berhitung juga bisa dngan cara melatih kewirausahaan, selain dapat memberikan pelajaran bagi mereka. Dengan mengadakan perbaikan ekonomi keadaan ekonomi, maka mereka juga mampu untuk menempuh pendidikan yang tinggi.

Karena permasalah yang sering terjadi di dalam suatu pendidikan yang paling utama adalah biaya pendidikan. Karena penyebab adanya  putus sekolah juga dipicu karena sulitnya perekonomian.

Mungkin masih banyak lagi cara yang lainnya yang tentu saja bisa mengatasi adanya  buta aksara yang ada di indonesia. Sehingga jika permasalah ini sudah bisa teratasi, maka  kita tidak akan tertinggal dalam hal IPTEK dan tentu saja dapat menjadikan kita untuk menjadi generasi yang mewujudkan harapan bangsa.


Ditulis oleh Desi Anggota Biro Media dan Penulisan PMII Rayon Ushuluddin

Post a Comment

sahabat PMII wajib berkomentar untuk menunjang diskusi di dalam blogger

Lebih baru Lebih lama