Menyibak Tabir Cinta dari Persia

Sumber : https://www.google.com/


Judul              : Layla Majnun  (Kisah Cinta Mengguncang Dunia)

Pengarang      : Syekh Nizami Ganjavi

Penyadur        : Umu Kusnawati dan Lathifah Izzah

Penerbit          : Senja

Tahun Terbit   : 2014

ISBN               : 978-602-255-523-0

Tebal               : 300 halaman

Peresensi         : Alvinaditya

 

"Wahai gemercik air nan jernih, engkau merupakan saksi bagaimana cinta sudah menyiksaku, namun aku masih merasakan kebahagiaan. Meskipun kekasihku jauh dari pandangan mata, namun aku tetap menyayangi dan mengenangnya seakan-akan ia berdiri di hadapanku, menyapa dan tersenyum padaku."  ~Majnun~

Siapa yang tidak mengenal kisah Layla Majnun. Kisah asmara dari dua anak muda yang begitu rumitnya dalam mengarungi samudera cinta. Semua orang yang membacanya akan terkesima dengan cinta yang mereka jalani. Terlebih dalam bahasa aslinya, Persia kisah Layla dan Majnun dibawakan dengan syair-syair yang telah disusun sedemikian rupa oleh pengarangnya. Itu sebabnya Layla Majnun begitu terekenal ke berbagai penjuru dunia.

Namun siapa sangka bahwa ternyata kemasyhuran nama Layla Majnun mampu mengalahkan nama penulisnya sendiri, Nizami Ganjavi. Nizami adalah seorang penyair besar dari Persia tepatnya berada di Ganja (sekarang Azerbeijan) pada abad ke-12 yang terkenal di seluruh daerah kekuasaan Dinasti Seljuk. Nizami merupakan nama pena dari nama aslinya Nizām ad-Dīn Abū Muhammad Ilyās ibn-Yusūf ibn-Zakī ibn-Mu'ayyid. 

Dalam perjalanan hidupnya, Nizami dididik oleh pamannya karena yatim piatu yang kemudian dia mampu memahami beberapa bidang ilmu seperti psikologi, astronomi, astrologi, matematika termasuk juga tentang musik. Namun, pada perjalanan intelektualnya Nizami lebih menekuni ke dalam bidang sastra bersama dengan dua guru yang berpengaruh dalam hidupnya, Sanai (1080-1131/1141) dan Ferdowsi (935/940-1019-1026).

Nizami dalam merangkai syair-syair Layla Majnun tersebut menyisipkan tentang nilai-nilai yang begitu besar dan luhur bagi para pencinta sampai-sampai bagi orang awam seperti kita pasti menganggapnya sebagai kisah yang tidak masuk akal dan mustahil sehingga memang pantas jika kita menyebut kisah tersebut adalah kisah yang gila. Itu dikarenakan latar belakang Nizami sendiri adalah orang yang mendalami sastra, namun di balik itu dia juga menyelami samudera filsafat dan tasawuf. Itu sebabnya karya-karya Nizami begitu sarat dengan makna yang dalam.

Dari karyanya yang berupa bait-bait syair Layla Majnun, ternyata Nizami juga memiliki karya lainnya yang tak kalah indahnya, yaitu Makhzan al-Asrar (Gudang Rahasia), Haft Peykah (Tujuh Bidadari), Eskandar Nameh (Kitab Iskandar) dan Khosrow o Sirrin (Kusraw dan Sirrin) yang tentunya karya-karya tersebut sudah dia ramu agar tidak hanya indah susunannya, melainkan juga sarat akan makna. Keempat karyanya tersebut merupakan karya yang terinspirasi dari karya guru-gurunya. Berbeda halnya dengan Layla Majnun yang lebih terinspirasi dari bacaan yang telah lama dia dalami, salah satunya kisah dari Yunani Kuno Metiochus and Parthenope.

Sebagaimana kisah Khusrow dan Sirrin yang menceritakan sebuah kisah cinta antara dua manusia yang berlatar belakang bangsawan, yang hampir sama dengan kisah antara Qays dan Layla yang juga berlatar belakang bangsawan. Namun, bagaimana mereka bertemu dan bagaimana mereka menyikapi arti cinta itulah yang membuat mereka tetap berbeda. Dan itu menunjukkan tentang  keluasan wawasan dari  penulisnya dalam menjelaskan makna cinta.

Di dalam kisah Layla Majnun, Nizami menggambarkan bagaimana cinta yang sesungguhnya bisa terpancar dari hati Qays sejak pertama melihat keindahan Layla yang menjadikan dia dianggap gila karena harus dipisahkan cintanya oleh orang tua Layla. Begitu pula dengan cinta Layla yang harus tetap dijaganya meski harus tersiksa dalam belenggu orang tuanya. Di balik itu kita akan disuguhkan bagaimana cinta itu harus diperjuangkan bahkan membutuhkan pengorbanan. Karena dengan pengorbanan, arti cinta yang sesungguhnya bisa ditemukan. Dan sampai akhirnya cinta mereka harus terukir di dalam sebuah batu nisan yang berdampingan.

Namun, yang perlu kita ingat bahwa novel ini hanyalah novel terjemah yang tentu kita hanya bisa menikmati alur cerita dan maknanya saja, belum bisa menikmati bagaimana gaya bahasa yang disebut-sebut telah memengaruhi sastra dunia dan tentu itu dengan bahasa aslinya, Persia. Tapi tidak perlu khawatir, karena di sini penerjemah telah berusaha sebaik mungkin merangkai bait demi bait yang telah diterjemahkan menjadi gaya bahasa yang juga nikmat dibaca oleh orang Indonesia. Dan tentunya, setidaknya kita pernah membaca satu kali seumur hidup kita sastra dunia antara Qays dan Layla agar kita juga bisa mengerti tentang hakikat cinta, bagaimana mencinta, dan tujuan dari cinta.


Post a Comment

sahabat PMII wajib berkomentar untuk menunjang diskusi di dalam blogger

Lebih baru Lebih lama