Menuntut Ilmu Sebagai Bagian dari Jihad

Menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban bagi setiap individu, sebagaimana yang terdapat dalam hadis, Rasulullah saw bersabda : "Menuntut ilmu itu adalah kewajiban bagi setiap muslim". (H.R. Ibnu Majah No. 224). Dalam hadis ini, Rasulullah saw memberitahu bahwa menuntut ilmu itu adalah sebuah perkara yang wajib dilakukan, baik menuntut ilmu agama maupun ilmu pengetahuan, karena dengan ilmu seseorang akan diangkat derajatnya, dengan ilmu segala persoalan dapat dipecahkan, dengan ilmu segala pekerjaan dapat dilakukan dan dengan ilmu dapat merubah peradaban. Contohnya seperti Ibnu Rusyd (ahli dalam bidang kedokteran), Jabir bin Hayyan (ahli dalam bidang kimia), Al-Khawarizmi (yang terkenal dengan Bapak Al-Jabar), dan masih banyak tokoh lain yang berhasil merubah serta memajukan peradaban Islam dengan ilmu pengetahuan. Selain itu, keutamaan bagi seseorang yang menuntut ilmu juga dijelaskan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, yaitu “Barang siapa yang mendatangi masjidku (masjid Nabawi), lantas ia mendatanginya hanya untuk niatan baik yaitu untuk belajar atau mengajarkan ilmu di sana, maka kedudukannya seperti mujahid di jalan Allah. Jika tujuannya tidak seperti itu, maka ia hanyalah seperti orang yang mentilik-tilik barang lainnya.” (HR. Ibnu Majah no. 227 dan Ahmad 2: 418, shahih kata Syaikh Al Albani)." 

Dari hadis di atas dapat dipahami bahwa seseorang yang menuntut ilmu itu termasuk jihad. Mengapa dikatakan demikian? Karena arti kata "jihad" adalah "berjuang". Secara tidak langsung, jika seseorang menuntut ilmu maka telah terjadi perjuangan yang ada di dalam dirinya, yaitu perjuangan melawan kemalasan dan perjuangan untuk tetap fokus meski banyak godaan.

Konteks "menuntut ilmu" sendiri tidak terbatas pada pendidikan formal, tetapi juga informal. Dengan kemajuan teknologi zaman sekarang orang-orang lebih mudah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Cukup menyediakan kuota dan jaringan yang memadai sudah dapat mengakses internet yang banyak menyajikan  ilmu pengetahuan. 
Berapa banyak orang yang mampu menjawab segala macam bentuk pertanyaan dan persoalan dengan internet? Banyak. Bahkan di antara mereka pernah mengatakan, "tak perlulah sekolah, menuntut ilmu di tempat yang jauh, hanya menghabiskan biaya kalau nyatanya kita bisa menuntut ilmu dengan cara yang mudah dan murah, cukup menyediakan kuota, kemudian buka google dan YouTube kita sudah bisa mendapatkan ilmu pengetahuan dan menjawab segala macam persoalan." Perspektif yang demikian ini tidak dibenarkan. Dalam proses menuntut ilmu yang terpenting adalah mengetahui siapa yang menyampaikan ilmu tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Abdullah bin Mubarak, salah satu murid Imam Malik : "Isnad/Sanad merupakan bagian dari agama dan apabila tidak ada sanad maka orang akan seenaknya mengatakan apa yang ingin ia katakan". Kemudian Sufyan Ats-Tsauri berkata : "Sanad/Isnad adalah senjatanya orang mukmin, jika ia tidak memiliki senjata maka dengan apa ia berperang?". 

Sependapat dengan apa yang dikatakan oleh Sufyan Ats-Tsauri, jika kita hanya memperoleh ilmu melalui google atau YouTube tanpa mengetahui dengan jelas dari mana sumber tersebut didapatkan dan siapa yang menyampaikan, apa yang perlu dibanggakan?. Karena sudah jelas, ilmu tersebut tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Selain itu, jika kita terbiasa menerima ilmu tanpa sumber yang jelas, kita akan mudah terprovokasi oleh suatu golongan karena tidak mengetahui kebenaran. Bisa saja saat itu kita membenarkan orang yang salah dan menyalahkan orang yang benar. Hal yang demikian secara tidak langsung akan menjadi bumerang bagi diri sendiri. 

Dalam kitab Siroojul Muridin hal 80, Al-Qodhi Abu Bakar Al-Arabi berkata : "Allah memuliakan umat ini dengan isnad yang tidak diberikan pada selain umat ini. Maka berhati-hatilah kalian dari mengikuti jalan Yahudi dan Nashrani sehingga kalian berbicara (tentang Ilmu) tanpa sanad. Maka kalian menjadi orang yang mencabut nikmat Allah dari diri kalian, menyodorkan kecurigaan, merendahkan kedudukan dan bersekutu pada kaum yang Allah laknat dan murkai".  Sedangkan Imam Syafi'i pernah berkata : "Yang mencari Ilmu tanpa sanad bagaikan pencari kayu bakar dimalam hari yang gelap dan membawa pengikat kayu bakar yang padanya ular berbisa yang mematikan dan ia tidak mengetahuinya."

(Fakhriatul Azizah) 

Post a Comment

sahabat PMII wajib berkomentar untuk menunjang diskusi di dalam blogger

Lebih baru Lebih lama